TUJUAN BISNIS DAN
ALOKASI SUMBER DAYA EKONOMI
1. TUJUAN BISNIS / PERUSAHAAN
Pada umunya
tujuan didirikannya bisnis atau perusahaan tidak hanya profit oriented semata,
namun secara keseluruhan tujuan didirikannya perusahaan meliputi :
-
Profit
-
Pengadaan barang atau jasa
-
Kesejahteraan pemilik faktor produksi dan
masyarakat
-
Full employment
-
Eksistensi perusahaan dalam jangka panjang
-
Kemajuan atau pertumbuhan
-
Prestise dan prestasi
Proses
pencapaian tujuan perusahaan melalui pengelolahan sumber daya ekonomi secara optimal
bagi para pemilik SDE atau faktor-faktor produksi dan masyarakat pada umumnya.
Para pemilik faktor-faktor produksi tersebut memperoleh manfaat dan nilai
ekonomi secara layak.
Bertitik tolak
dari usaha pencapaian tujuan-tujuan tersebut, maka tentunya proses pencapaian
tujuan perusahaan melalui pengelolahan sumber daya ekonomi secara optimal harus
dilakukan dengan memperhatikan kepentingan dan kemanfaatan bagi para pemilik
sumber daya ekonomi atau pemilik faktor-faktor produksi dan masyarakat.
2. ALOKASI SUMBER DAYA EKONOMI
Secara
sistematik kelayakan ukuran alokasi sumber daya ekonomi bagi pemilik sumber
daya ekonomi harus dilihat dari peran yang diberikan oleh masing-masing pihak
pemilik yang dibentuk oleh system bisnis yang berlaku di masyarakat.
Prinsip etika bisnis dalam
stakeholders ini dapat diterjemahkan stake holders sebagai berikut :
-
ALOKASI TERHADAP OWNERS
Bertanggung
jawab atas kepercayaan yang telah diberikan oleh para pemilik modal terhadap
perusahaan dengan cara sebagai berikut :
a.
Menerapkan manajemen yang sungguh-sungguh dan
professional untuk memberikan hasil yang kompetitif dan adil bagi investor
b.
Selalu meberikan informasi yang relevan dan
sesuai dengan keadaan yang riil pada para pemilik atau modal
c.
Mengamankan dan melindungi dan meningkatkan
kekayaan para pemodal
d.
Memberikan penghargaan atas saran dan keluhan
serta hasil-hasil keputusan dalam rapat pemengang saham perusahaan
-
ALOKASI TERHADAP SUPPLIER
a.
Memberikan kontribusi keadilan dan kejujuran
kepada para supplier
b.
Hubungan antar perusahaan dengan paa supplier
dijalin dalam hubungan yang bebas dan paksaan dan maing-masing memiliki hak
otonom dalam menentukan partner dagang.
c.
Dijalin dalam kerja sama untuk membangun
stabilitas hubungan dalam jangka panjang.
d.
Informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dan
supplier guna integrasi dalam proses perencanaan bersama
e.
Menyepakati secara bersama tentang system
pembayaran sesuai dengan term of trade yang diadakan.
-
ALOKASI TERHADAP CUSTOMER
a.
Memberikan suatu produk atau jasa dengan
kualitas terbaik sesuai dengan keinginan konsumen.
b.
Memerikan pelakukan secara adil dalam setiap
transaksi, termasuk memberkan ganti rugi jika konsumen dirugikan.
c.
Memelihara dan memajukan kesehatan dan
lingkungan konsumen secara sehat dengan produk dan jasa yang telah dibuat.
d.
Menghormati integritas kultur atau budaya yang
berlaku pada perilaku konsumen yang menjadi pelanggan perusahaan.
-
ALOKASI TERHADAP KARYAWAN
Karyawan
merupakan sumber daya manusia yang penting bagi keberhasilan perusahaan. Namun
di lain pihak karyawan juga membutuhkan adanya eksistensi perusahaan sebagai
lahan kehidupan bagi para pekerja. Oleh karenanya perlu dilihat bahwa
perusahaan memberikan:
a.
Lapangan kerja dan kompensasi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup para karyawan.
b.
Kondisi kerja yang mencerminkan penghargaan
perusahaan terhadap kesehatan dan martabat manusia.
c.
Komunikasi yang lancar atas segala yang dicapai
oleh perusahaan dan adanya transparansi prestasi yang dihasilkan
d.
Respon yang aktif dengan saran dan kritik atau
nasehat konstruktif dari para tenaga kerja dan menjadikan saran tersebut
sebagai acuan penting bagi pengambilan keputusan manajer perusahaan.
e.
Negosiasi antar pihak yang terjadi konflik
sehingga konflik dapat disalurkan sesuai dengan proporsinya dan dapat berfungsi
untuk mengefektifkan perusahaan.
f.
Perlindungan yang layak bagi keselamatan kerja
dan kesehatan para pekerja sehingga para pekerja dapat memberikan konstribusi
optimal dalam jangka panjang.
g.
Dorongan konstruktif bagi pengembangan dan
kemampuan keahlian yang optimal sesuai dengan potensi yang tersedia pada
karyawan.
h.
Respek atas terjadinya tambahan pengangguran
pada setiap keputusan yang dilakukan perusahaan.
-
ALOKASI TERHADAP PEMERINTAH
Pemerintah yang
dimaksudkan disini adalah sebuah institusi yang dibentuk atas dasar konstitusi
Negara yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara luas. Salah satu
sumber daya yang biasanya diandalkan adalah sumber dari masyarakat di mana
salah satu bagian dari masyarakat adalah masyarakat bisnis. Salah satu bentuk
daya atau dana yang dapat diberikan atau disumbangkan oleh masyarakat bisnis
adalah bentuk pajak. Jadi pajak yang diberikan oleh masyarakat bisnis merupakan
salah satu bentuk kontribusi masyarakat bisnis terhadap Negara yang mempunyai
peran memberikan perlindungan, kemudahan-kemudahan, peluang dan menyediakan
fasilitas umum lainnya.
-
ALOKASI TERHADAP PESAING
Perusahaan tidak
lagi memandang pesaing adalah suatu musuh yang harus di hancurkan, melainkan di
pandang sebagai pathner atau mitra kerja. Terhadap pesaing perusahaan lain bisa
melakukan mitra kerja dalam bentuk synergy, akuisisi, atau
merger. Dengan penggabungan dua keunggulan perusahaan maka akan
menciptakan double keunggulan. Penggabungan dari aspek ini terlihat pada
perusahaan dan pesaing memiliki dimensi positif. Maka tidak dibenarkan cara
pandang terhadap pesaing untuk saling membunuh, justru perlu di kembangkan,
agar tercipta kontribusi positif terhadap masyarakat luas.
-
ALOKASI TERHADAP MASYARAKAT UMUM
Perusahaan dan
masyarakat saling membutuhkan eksistensinya oleh masing-masing pihak.
Perusahaan membutuhkan masyarakat, karena perusahaan dapat menggantungkan hidup
dan pertumbuhannya. Demikian dengan masyarakat membutuhkan perusahaan karena
dari perusahaanlah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup.
Sebab dengan adanya perusahaan di lokasi yang sedang beroperasi, jangan sampai
menimbulkan pencemaran yang merugikan kelestarian dan kesehatan alam. Bagi
perusahaan alokasi semacam ini perlu disediakan oleh perusahaan. Yang dikenal
sebagai eksternal cost.
MITOS BISNIS AMORAL
Bisnis adalah
bisnis. Beberapa ungkapan yang sering terdengar yang menggambarkan hubungan
antara bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Itulah
ungkapan yang dikemukakan oleh De George yang disebut sebagai Mitos Bisnis
Amoral. Ungkapan tersebut menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan
orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu tentang dirinya ,
kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Secara lebih tepat, mitos bisnis amoral
mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika
tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat
berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.
Menurut mitos
ini, karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk
mndapat keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah
bagaimana memproduksi, mengedarkan,menjual,dan membeli suatu barang dengan
memperoleh keuntungan. Tujuan satu-satunya adalah mendatangkan keuntungan yang
sebesar besarnya.
Jadi Mitos
Bisnis Amoral itu adalah mitos atau ungkapan yang menggambarkan bahwa antara
bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada hubungan nya sama sekali. Namun
mitos ini tidak sepenuhnya benar. Bisa dikatakan demikian, karena bagi pebisnis
yang menginginkan bisnis nya lancer dan tahan lama, segi materi itu tidaklah
cukup untuk menjaga suatu bisnis tersebut. Dibutuhkan suatu pengetahuan,
pengalaman yang luas untuk dapat memperoleh atau meraih tujuan tersebut.
Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil karena memegang teguh kode etis dan
komitmen moral tertentu. Bisnis juga bagian dari aktivitas yang penting dari
masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap baik dan berlaku
dimasyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis dan dan harus dibedakan
antara legalitas dan moralitas dunia bisnis yang ketat. Perusahaan dapat
mengutamakan etika bisnis, yaitu pelaku bisnis dituntut menjadi orang yang
profesional di bidang usahanya. Yang meliputi kinerja di dalam bisnis,
manajemen, kondisi keuangan perusahaan, kinerja etis, dan etos bisnis yang
baik. Perusahaan dapat mengetahui bahwa konsumen adalah raja, dengan ini pihak
perusahaan dapat menjaga kepercayaan konsumen, meneliti lebih lanjut lagi
terhadap selera dan kemauan konsumenserta menunjukksn citra (image) bisnis yang
etis dan baik. Peran pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan
kewajiban bagi semua pihak yang ada dalam pasar terbuka, demgan ini perusahaan
harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis. Perusahaan modern menyadari
bahwakaryawan bukanlah tenaga yang harus di eksploitasi demi mencapai
keuntungan perusahaan.
Jadi dengan
demikian bisa disimpulkan bahwa :
1)
Pertama, bisnis memang sering diibaratkan dengan
judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan
yang ketat.Tidak sepenuhnya bisnis sama dengan judi atau permainan. Dalam
bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh, berani mengambi resiko, berani
berspekulasi, dan berani mengambil langkah atau strategi tertentu untuk bisa
berhasil. Namun tidak bisa disangkal juga bahwa yang dipertaruhkan dalam bisnis
tidak hanya menyangkut barang atau material. Dalam bisnis orang mempertaruhkan
dirinya, nama baiknya, seluruh hidupnya, keluarga, hidup serta nasib manusia
pada umumnya. Maka dalam bisnis orang bisnis tidaka sekedar main-main, kalaupun
itu adalah permainan, ini sebuah permainan penuh perhitungan.Karena itu orang
bisnis memang perlu menerapkan cara dan strategi yang tepat untuk bisa berhasil
karena taruhan yang besar tadi.dan harus diperhitungkan secara matang sehingga
tidak sampai merugikan orang atau pihak lain dan agar pada akhirnya juga tidak
sampai merugikan dirinya sendiri.
2)
Kedua, dunia bisnis mempunyai aturan main
sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan
social pada umumnya. Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan
dari masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam dalam masyarakat. Itu
artinya norma atau nilai yang dianggap yang dianggap baik dan berlaku dalam
kehidupan pada umumnya mau tidak mau dibawa serta dalam kegiatan dan kehidupan
bisnis seorang pelaku bisnis sebagai manusia.
3)
Ketiga, harus dapat membedakan antara Legalitas
dan Moralitas. Legalitas dan Moralitas berkaitan satu sama lain tapi tidak
identik. Hukum memang mengandalkan Leglitas dan Moralitas, tetapi tidak semua
hukum dengan Legalitas yang baik ada unsur Moralitas nya. Contohnya praktek
monopoli. Maka monopoli adalah praktek yang secara legal diterima dan
dibenarkan, secara moral praktek ini harus ditentang dan dikutuk, dan memang
ditentang dan dikutuk oleh masyarakat sebagai praktek yang tidak adil, tidak
fair, dan tidak etis. Orang bisnis juga menentang praktek tersebut. Ini
menunjukkan bahwa orang bisnis pun sadar dan menuntut perlunya praktek bisnis
yang etis, terlepas dari apakah praktek itu didasarkan pada aturan hukum bisnis
atau tidak.
4)
Keempat, etika harus dibedakan melalui ilmu
empiris. Ilmu empiris diibaratkan ilmu pasti seperti matematika, suatu
kenyataan bisa dijadikan patokan dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Namun
lain halnya dengan etika. Etika memang melihat kenyataan sebagai pengambilan
keputusan dan perbedaan nya terletak pada unsure-unsur pertimbangan lain dalam
pengambilan keputusan.
5)
Kelima, gerakan dan aksi seperti lingkungan
hidup, konsumen, buruh, wanita, dan semacamnya dengan jelas menunjukkan bahwa
masyarkat tetap mengharapkan agar bisnis dijalankan secara etis dengan
memperhatikan masalah lingkungan hidup, hak konsumen, hak buruh, hak wanita.
Dan sebagai manusia yang bermoral, para pelaku bisnis juga sesungguhnya tidak
mau merugikan masyarakat atau konsumen sebagaimana dia sendiri sebagai konsumen
tidak ingin dirugikan oleh produsen manapun.Maka ini semua berarti omong kosong
jika dikatakan bisnis tidak punya sangkut pautnya dengan etika.
KEUNTUNGAN DAN ETIKA
Tujuan utama
bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi
kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana
dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan
bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik
dan diterima.
Karena
Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.
Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
Keuntungan
memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi
karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.
a.
Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para
pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang profesional di bidangnya.
b.
Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para
pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja.
Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar
penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan
mempertahankan kepercayaan konsumen.
c.
Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran
pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi efektif menjaga agar
kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, para pelaku bisnis berusaha
sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan
sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang paling efektif
adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu
dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak
dan kepentinga semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
d.
Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga
semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi
demi mengeruk keuntunga yang sebesar-besarnya. Justru sebaliknya, karyawan
semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat
menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan tersebut.
Bisnis sangat
berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain,
bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk
dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari
keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan
bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu
perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait
dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
SASARAN DAN LINGKUP
ETIKA BISNIS
Sasaran etika
bisnis adalah membangun kesadaran kritis pelaku bisnis, bahwa bisnis adalah
profit making activity, yang harus dicapai dengan cara-cara baik, tidak curang,
tidak merugikan orang lain. Keuntungan yang dicapai juga meliputi non financial
profit, moral, citra, pelayanan, tanggung jawab sosial, integritas moral, mutu,
kepercayaan.
Kita juga
perlu mendorong bangsa membangun sistem ekonomi, sosial dan politik yang lebih
baik dan lebih demokratis. Menjadikan hukum yang supermasi diatas kekuasaan.
Pelaku yang ingin maju ikuti aturan main yang jelas, adil, rasional dan
obyektif tanpa mengandalkan KKN. Bila ada kecurangan, masyarakat harus berani
dan bisa melakukan langkah-langkah koreksi dengan mengungkapkan pada yang
berwenang. Upaya penyebarluasan pemahaman, pelaksanaan, penghayatan terhadap
pemasyrakatan etika bisnis ini perlu dilakukan dengan luas diseluruh tanah air.
Dengan
demikian, bisnis sebagai suatu usaha yang ada dimasyarakat memerlukan pemuasan
kepada semua pihak naik ekstern maupin intern. Pihak-pihak yang
berkepentingan di luar organisasi yaitu Pemerintah, Lembaga Keuangan dan
Perbankan, Pemasok, Distributor, agen dan pengecer, Pembeli atau konsumen.
Sedangkan yang
bekepentingan dan berada dalam organisasi perusahaan yaitu Para pemilik saham
dan pemodal, Berbagai kelompok manajemen yang tak tergolong manajemen puncak,
Para karyawan. Etika bisnis yang sehat dibangun untuk memuaskan kepentingan
semua pihak dengan cara-cara yang baik dan santun, tentunya akan menjalin
hubungan yang baik pada semuanya.
Tiga sasaran
dan lingkup pokok etika bisnis yaitu :
-
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas
berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang
baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena bisnis yang baik dan etis
menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Dan berfungsi menggugah
kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi
nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis
dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan
organisasi perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara
eksternal.
-
Sasaran yang kedua yaitu untuk menyadarkan
masyarakat, khususnya konsumen, karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun
juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk
bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. Etika bisnis mengajak masyarakat
luas untuk sadar dan berjuang menuntut haknya agar hak dan kepentingannya tidak
dirugikan oleh pembisnis.
-
Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara
mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek
bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro. Dalam lingkup makro,
etika bisnis berbicara mengenai monopoli,oligopoly, kolusi dan praktek-praktek
semacamnya yang akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu
ekonomi melainkan baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara tersebut.
Daftar Referensi :
RAGDHA MUTHIA KHANSA
4EA03 / 17213143
0 comments:
Post a Comment